Kota Jakarta Dalam Sejarahnya Pernah Menyandang Berbagai Nama Seperti Sunda Kelapa, Jayakarta dan Batavia
Jakarta adalah kota yang terus berubah wajah, kota yang dalam sejarahnya pernah menyandang berbagai nama seperti Sunda Kelapa, Jayakarta dan Batavia.
secara konsisten terus berkembang tidak hanya mengikuti arus perubahan sejarah tetapi juga perubahan zaman
sejak berkembang menjadi salah satu
kota pelabuhan yang ramai di nusantara,
wilayah Jakarta yang pada masa itu disebut Sunda Kelapa telah menjadi salah satu pusat perdagangan di kawasan Asia Timur.
saat itu Kota Bandar yang sejak abad ke-12 dikuasai kerajaan Hindu Sunda Pajajaran ini menarik minat kunjungan Banyak pedagang dan pelancong asing Karena posisinya yang strategis ini.
pada abad ke-15 para penjelajah dari Portugis atas izin dari Kerajaan Pajajaran yang merasa terdesak ekspansi dan pengaruh kerajaan Islam di Banten dan Demak kemudian mendirikan sebuah benteng di Sunda Kelapa
pada tanggal 22 juni 1527 pasukan Fatahillah menantu Sultan Demak menyerang dan berhasil mengusir Portugis dari Sunda Kelapa.
di lokasi sekitar benteng Portugis inilah
Fatahillah mendirikan kota Jayakarta, hari kemenangan Fatahillah inilah yang sampai saat ini diperingati sebagai hari ulang tahun kota Jakarta.
Bagaimana bentuk Jayakarta hingga kini Belum ada gambaran yang jelas, tapi berdasarkan sketsa yang pernah dibuat pada tahun 1607 kota Jayakarta digambarkan tak jauh berbeda dengan gambaran kota-kota kerajaan Islam yang ada pada saat itu,
dimana ada Keraton, masjid, alun-alun, dan
pasar rakyat, menjadi pusat kota yang
dikelilingi rumah-rumah penduduk.
kota Jakarta baru benar-benar bisa disebut sebagai kota dalam pengertian dan Gambaran seperti kota-kota dunia yang memiliki bangunan-bangunan yang padat yang saling menempel serta tak berjarak dengan jalan.
ketika JP kuno dan Armada VOC nya berhasil mengalahkan kerajaan Jayakarta dan mendirikan kota Batavia di bekas lokasi kota kerajaan Islam tersebut
pada masa kejayaan VOC inilah pembangunan kota benteng dengan jalan-jalan dan kanal-kanal yang mengacu
pada kota-kota di Eropa sepertibAmsterdam dan fenisia didirikan
sisa-sisa kejayaan kota pada masa ini masih bisa kita lihat pada kawasan kota lama dengan bekas bangunan balai kota atau statues yang kini menjadi bangunan museum, Jakarta sebagai pusatnya serta
sejumlah bangunan tua yang berdiri di
sepanjang sisi kanan dan kiri kali besar
pada Sepanjang Abad ke-17 kota kastil Batavia yang memiliki posisi strategis dalam peta perdagangan di asia Timur dan kawasan nusantara menjelma menjadi kota pelabuhan yang sangat ramai karena kemajemukan penduduknya kemasyhuran dan keindahan bangunan-bangunan serta tata kotanya, pada abad ke-17 Batavia sempat dijuluki kauningin Van het oosten atau ratu dari timur.
di paruh pertama abad ke-18 seiring Kian padatnya dan tidak Sehatnya Kota Benteng Batavia, para pejabat VOC dan para pengusaha kaya mulai membangun vila-vila peristirahatan di wilayah luar kota benteng atau Om London.
villa-villa ini diantaranya banyak berdiri di sepanjang kanan kiri kanal kalau kini Jalan Gajah Mada Hayam Wuruk diantara bangunan-bangunan yang masih tersisa di era ini adalah Villa Gubernur VOC rainer De klerk yang kini menjadi museum Arsip Nasional.
pada Penghujung abad ke-18 saat maskapai dagang Hindia Belanda VOC bubar dan masa kejayaan Kota Benteng Kian surut kota Batavia terus berkembang saat itu seiring beralihnya kontrol kekuasaan di nusantara.
ketahanan kerajaan Belanda pembangunan kota Batavia terus melebar kearah selatan
pada masa pemerintahan gubernur jenderal
Williem Daendels dari tahun 1868 hingga
1811 misalnya pembangunan di wilayah
weltevreden atau Wilayah sekitar Gambir
yang berjarak sekitar lima kilometer setelah Selatan Kota Lama berlangsung masif kala itu, dendels misalnya memerintahkan pembangunan istana putih atau the Witch Who is di kawasan waterlooplein atau Lapangan Banteng sekarang yang direncanakan akan digunakan sebagai kantor dan tempat tinggal Gubernur Jenderal Hindia Timur.
setelah pemerintahan kolonial hindia belanda berdiri pada tahun 1818, pembangunan kota Batavia terus berlangsung saat itu pembangunan kota dilaksanakan dengan konsep penggabungan bangunan-bangunan mewah modern bergaya baroque dengan Kampung Kampung pribumi di sekitarnya,
penggabungan ini dilakukan dengan
pembangunan fasilitas-fasilitas Urban seperti jalan-jalan Besar Taman lapangan
dan berbagai bangunan dan fasilitas
penunjang kehidupan Urban lainnya, saat
itu kawasan weltevreden dan sekitarnya
telah berkembang sepenuhnya menjadi new
Batavia atau Batavia Baru.
pada Sepanjang Abad ke-19 bersamaan
dengan pembangunan dan pertumbuhan
wilayah weltevreden dan sekitarnya muncul kawasan-kawasan Urban baru yang banyak diawali dengan kata Kebon sebagai tanda bekas Kampung semisal Kebon Sirih Kebon Kacang Kebon Jeruk dan lain-lain.
memasuki abad ke-20 tepatnya pada tahun
1920-an sejumlah Kawasan urban di Batavia terus berkembangbKian melebar seiring dibukanya kawasan-kawasan ST atau perubahan modern baru seperti kawasan Menteng dan Gondangdia perumahan perumahan modern ini dilengkapi bangunan bangunan mewah jalan-jalan bagus yang bisa dilalui mobil dan taman-taman yang indah kawasan-kawasan estate ini juga dikonsep sebagai kawasan yang terintegrasi dengan kawasan kawasan pemukiman penduduk pribumi dan perkampungan perkampungan yang telah ada semisal kawasan Tanah Abang dan mester atau kini Jatinegara, sejalan dengan perkembangan ini wilayah perkotaan Batavia Kian meluas.
pasca proklamasi kemerdekaan bangsa Indonesia terutama semasa revolusi fisik
mempertahankan kemerdekaan pada
sepanjang paruh kedua dekade tahun 1940 an hingga sepanjang dekade tahun 1950 an Jakarta nyaris tidak tersentuh pembangunan
baru pada awal tahun 1990-an sejalan dengan visi mercusuarnya yang mengubah image kota Jakarta Hai dari sebuah kota peninggalan kolonial menjadi kota milik rakyat dari sebuah bangsa yang merdeka
Presiden Soekarno menggalakkan pembangunan sejumlah ikon baru kota Jakarta diantaranya dengan pembangunan monumen monumen dan sejumlah patung seperti bangunan monumen nasional atau Monas Tugu Pancoran hingga patung pembebasan Irian Barat.
untuk menyambut penyelenggaraan Asian Games keempat di Jakarta pada tahun 1962 pemerintah Soekarno juga membangun gelanggang olahraga Senayan yang kini bernama Gelora Bung Karno Jembatan Semanggi dan Jalan Sudirman pembangunan jalan raya Sudirman dan Jalan Raya MH Thamrin ini menghubungkan wilayah Menteng Gondangdia Mester dengan kawasan pemukiman Kebayoran Baru yang mulai dibangun sejak tahun 1949 saat jakarta berada dalam kekuasaan Belanda.
pada masa orde baru terutama pada masa
pemerintahan gubernur Ali Sadikin dari tahun 1967 hingga 1977 pembangunan kota
Jakarta berlangsung cukup Marak kala itu
sejumlah prasarana baru kota seperti jalan jalan baru di taman pasar-pasar rakyat yang modern hingga Kompleks pusat kesenian dibangun pada era ini pembangunan Jakarta sebagai kota yang beradab dan manusiawi masih bisa dirasakan.
setelah era pemerintahan Gubernur Ali Sadikin pembangunan kota Jakarta terus
berlangsung namun sejumlah pengamat
menilai laju pembangunan kota Jakarta
kerap tidak terkonsep dengan baik dan sering dikendalikan oleh dinamika
kapitalisme yang tidak terkendali sejak
masa ini banyak kawasan-kawasan yang
semula berupa kan daerah hijau atau daerah resapan air dibuat menjadi kawasan kawasan pemukiman baru seperti kawasan Kemang dan Pondok Indah bahkan pada awal tahun 1990-an beberapa daerah Rawa di kawasan Jakarta Barat yang selama berabad-abad menjadi daerah tangkapan air juga direklamasi menjadi kawasan pemukiman.
Selain itu kerap dominannya motif ekonomi dalam rencana pembangunan kota Jakarta pada masa itu juga memicu kemunculan banyak bangunan Hotel mall dan pusat perbelanjaan dimana-mana banyak diantara gedung-gedung yang dibangun atas pertimbangan-pertimbangan bisnis ini berjarak tidak jauh dari kawasan kawasan pemukiman miskin dan kumuh.
riwayat panjang kota Jakarta menunjukkan bahwa dalam sebagian besar perjalanan sejarahnya kota ini lebih sering dibangun untuk memenuhi impian para penguasa baik penguasa politik maupun kaum aristokrasi uang.
fakta ini membuat Jakarta kerap menjadi kota yang kurang memanusiakan sebagian penduduknya, padahal sejarah evolusi kota Jakarta yang menjadi rumah bagi semua kelompok dan golongan menujukkan bahwa kota dan masyarakat Jakarta terbentuk karena adanya integrasi dan peleburan berbagai perbedaannya.
Posting Komentar untuk "Kota Jakarta Dalam Sejarahnya Pernah Menyandang Berbagai Nama Seperti Sunda Kelapa, Jayakarta dan Batavia"
Posting Komentar